Foto: Ilustrasi Pupuk. (SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images)
Jakarta, CNBC Indonesia – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut pemerintah baru saja membangun pabrik pupuk di Papua pada akhir tahun lalu, tujuannya untuk memudahkan petani agar bisa mendapatkan pupuk dengan lebih mudah. Namun, langkah itu tidak menjadi jaminan penyediaan pupuk akan berhasil.
“Penyediaan pupuk misalnya di Papua itu, nggak akan menjamin bahwa sektor pertanian kita berhasil, penyediaan pupuk yang ada malah akan merusak tanah dan pertanian kita makin buruk,” kata Peneliti Senior Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan dalam konferensi pers virtual, Senin (22/1/2024).
Ia menilai satu-satunya cara jika Indonesia mau berhasil di bidang pertanian yakni membuat sektor ini tetap menguntungkan bagi para pelaku atau petaninya, misalnya kemandirian dan integrasi pertanian, atau penerapan pertanian terpadu yang memadukan antara pertanian, perikanan, dan peternakan.
“Tanpa itu mustahil, jadi tidak hanya bibit atau pupuk pupuk yang murah sementara harganya manajemen harga atau pasar dan manajemen pertaniannya buruk kita juga kan gagal,” sebut Deni.
Sementara itu Guru Besar Institut Pertanian Bogor Prof. Muhammad Firdaus menilai ada beberapa teknis yang perlu menjadi perhatian petani dalam mengembangkan pertanian, diantaranya penggunaan pupuk yang pas agar hasil panen bisa maksimal.
“Pupuk sebetulnya harus dilihat kembali bahwa yang digunakan petani banyak yang melebihi rekomendasi teknis, misal urea 250 Kg per Ha, sedangkan petani menggunakan 400-500 kg per Ha, pupuk lain perlu pengujian tanam, jadi yg perlu dilakukan pengujian tanah oleh petani dibantu didampingi penyuluh atau perguruan tinggi lalu penggunaan pupuk presisi, itu paling penting,” kata Firdaus.
Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ada pengurangan anggaran pupuk subsidi. Alokasi anggaran pupuk bersubsidi pada tahun 2024 mendatang rencananya diberikan sebesar Rp26,68 triliun. Sayangnya, alokasi tersebut masih jauh dari kebutuhan yang ada.
“Sedangkan jumlah pupuk sekarang yang berkurang itu yang pupuk subsidi, sedangkan ketersediaan pupuk sebetulnya tidak terlalu berubah, tapi harga makin tinggi karena pasokan input dari negara input Ukraina-Rusia sebagai pengekspor pupukhttps://penganjallapar.com/ dunia alami kenaikan,” sebut Firdaus.