Foto: Sekelompok keluarga sandera dan pengunjuk rasa memblokir lalu lintas di luar kediaman pribadi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Jalan Azza di Yerusalem. (REUTERS/Alexandre Meneghini)
Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu disebut bertanggung jawab secara pribadi atas bencana penyerbuan mematikan tahun 2021 yang menewaskan 45 peziarah Yahudi di Israel. Ini terungkap dalam penyelidikan terbaru, Rabu (6/3/2024).
Sebelumnya, puluhan ribu orang Yahudi ultra-Ortodoks berkumpul di Gunung Meron, dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, pada tanggal 30 April 2021. Mereka akan melakukan ziarah tahunan ke makam seorang rabi terkenal dari abad kedua Shimon Bar Yochai, , namun naas tergencet di kerumunan hingga menyebabkan kematian, termasuk 16 anak dan remaja.
“Perdana Menteri bertanggung jawab- untuk mengidentifikasi secara proaktif, oleh dirinya sendiri atau melalui mekanisme atas namanya, isu-isu yang memerlukan perhatian kantornya dan jika perlu, intervensinya- khususnya yang terkait dengan risiko nyawa manusia,” kata komisi tersebut dalam laporan penyelidikan ke dalam penyerbuan, dikutip AFP.
Penyelidikan menemukan bahwa sejak tahun 2008 hingga hari terjadinya tragedi tersebut, kantor PM telah diberitahu beberapa kali mengenai potensi bahaya yang disebabkan oleh tingginya lalu lintas di sekitar makam tersebut. Kala itu, Netanyahu masih berkuasa, untuk yang ke-12 tahun.
“Netanyahu mengetahui bahwa situs makam Rashbi tidak dirawat dengan baik selama bertahun-tahun, dan hal ini dapat menimbulkan risiko bagi banyak pengunjung ke tempat tersebut, terutama pada (hari libur) Lag Ba’omer,” tambah laporan komisi tersebut.
“Netanyahu tidak bertindak seperti yang diharapkan dari seorang perdana menteri untuk memperbaiki keadaan ini,” jelasnya tanpa merekomendasikan tindakan apa pun terhadapnya, dengan alasan sifat unik dari peran yang dipilihnya.
“Bencana ini sebenarnya bisa dicegah dan merupakan kewajiban untuk mencegahnya,” tambah laporan itu.
Sementara itu, oposisi kembali meminta Netanyahu untuk mengundurkan diri. Pemimpin oposisi Yair Lapid memperingatkan di X bahwa “bencana berikutnya hanya masalah waktu”.
“Jika Netanyahu tetap pada posisinya, maka kita hanya duduk di sini dan menunggu bencana berikutnya,” kata Lapid.
Tanggung jawab pribadi dalam bencana tersebut juga dibebankan kepada ketua parlemen Amir Ohana yang menjabat sebagai menteri yang membawahi kepolisian pada saat terjadinya penyerbuan tersebut. Komisi penyelidikan merekomendasikan untuk tidak mengangkatnya lagi sebagai menteri keamanan publik.
Temuan laporan ini menegaskan kritik media Israel terhadap Netanyahu dan pemerintahannya karena tidak mengantisipasi serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Pada hari itu, kelompok Hamas menyerbu melintasi perbatasan dari Gaza ke Israel dan melakukan serangan paling mematikan sejak negara itu didirikan pada tahun 1948.
Serangan itu mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang. Sebagian besar warga sipil, berdasarkan angka resmi Israel.
Sebagai pembalasan, Israel mengumumkan akan menghancurkan Hamas dan memulai pemboman terberatnya di Jalur Gaza. Sejak itu, setidaknya 30.717 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh di wilayah https://penganjallapar.com/Palestina.